Dear kenangan,
Kenangan, sudah berapa lama ya kamu bersemayam di benakku? Sepertinya
selama seumur hidup ini pun kamu tetap akan lekat ya di benakku. Aku
punya satu permintaan untuk kamu, penting. Aku harap kamu mau
mengabulkan permintaan ku yang satu satunya ini.
Aku sejujurnya tak pernah ingin bermusuhan dengan siapapun.
Aku mencoba belajar ikhlas, dan sejauh ini sungguh lah memang ikhlas pelajaran tersulit di dunia ini.
Tolong dong, bantu aku melupakan hal dan orang yang ingin aku lupakan,
bukan karena mereka buruk tapi karena aku memang harus melupakan mereka.
Hai memori,
sebenarnya aku tak ingin mengusirmu. Tapi kalau kau terus- terusan ada
disini maka proses ikhlas itu menjadi sangat susah untuk dilakukan. Kau
tahu, hanya memori yang bisa mengingat seseorang dengan masa lalunya.
Hanya memori juga yang bisa membuat aku menjadi cengeng. Aku benci
menjasi cengeng, aku sudah berjanji pada diri ku tak akan pernah lagi
risau gundah gulana hanya karena sesuatu yang ingin ku lupakan.
Tak bisa kupungkiri memang kalau kau, si kenangan- kenangan itu tak
selamanya buruk. Aku suka tersenyum kala mengingat masa- masa silam,
tapi aku tak mau terlena. Itu racun buatku. Hari bahagia dulu seharusnya
tak pernah boleh untuk diingat. Akan semakin sulit mencoba
mengikhlaskannya kalau kau masih ada di pikiran ini.
Sumpah, terlalu indah semuanya untuk dilupakan. Ingin menangis
rasanya ketika aku harus memaksa menghapus kamu, Kenangan. Aku harus
melupakan sesuatu yang begitu pernah melekat dalam- dalam di hidup ini.
Aku masih ingat, ceritanya, senyumannya, kegemarannya, keluh kesahnya,
caranya bercerita, renyah tawanya, jokes garingnya, bahkan hadirnya
seperti masih terasa kemarin berlalu.
Tolong, bantu aku melupakan semua itu. Bersediakah kau untuk tak pernah hadir lagi hadir dalam hidupku, kenangan?
Aku tidak memusuhimu, hanya saja sudah terlalu sulit untuk membuatmu pergi dariku, Kenangan.
No comments:
Post a Comment