Tuesday, March 27, 2012

Kepada Sang Waktu

Dear waktu,
Kepada jutaan detik, menit, dan jam yang telah berlalu tanpa hendak kembali…
Dari yang selalu menyesalimu, dan ingin kamu kembali lalu membeku…
Entah sudah berapa banyak hati yang menangisi betapa menyesalnya membiarkan sang waktu berlalu terlalu seenaknya. Betapa sang waktu berlalu tanpa mengenal kompromi. Entah sudah berapa butir angka yang bergulir tanpa mau berhenti pada jam analog kami. Entahlah….
Detik, entah sudah berapa kali kamu berkumpul lalu berubah menjadi menit. Sudah berapa kali menit berkumpul untuk kemudian menjadi jam. Kumpulan jam yang menjadi hari selalu kami lalui tanpa jeda. Ada kiranya kalian memberikan kami ruang, rehat sejenak, dan menata ulang serpihan kejadian yang berujung penyesalan.
Sudah 17 tahun aku menapaki bumi bundar ini. Tapi kamu tahu? Angka belasan yang tahun depan akan berubah dengan kepala dua, bahkan bukanlah waktu yang cukup untukku mengelilingi bumi bulat ini. Betapapun kulihat waktu hanya terdiri dari 12 angka dalam 1 putaran. Sangat berharga.
Aku yang beranjak besar bersama teman-temanku. Kami yang menata tahun-tahun emas kami bersama, kini sudah menapaki jalan setapak menuju cita kami. Tidakkah kamu lihat betapa kamu sangat sering melewatkan perkembangan kami satu sama lain? Tidakkah kamu iba melihat kami yang berkembang tanpa saling betul-betul mengenal satu dan lainnya?
“Waktu berjalan sangat cepat, bahkan terlalu cepat. Banyak moment yang sudah kita buat, lalu terlupa. Banyak kisah yang sudah tertinggal, sementara waktu tidak memberikan izin untuk kami mengambilnya, kembali”
Dengar kan? Sudah berapa juta hati yang menangis, hancur, lebur, tak terukur karena butiran-butiran waktu. Sudahkah kamu melihat ada berapa banyak butir airmata yang terjatuh karena menyesal? Menyesali waktu yang berjalan terlalu cepat. Pasti belum.
Aku, bahkan sempat menitikan setitik bening saat melihat sepupuku yang seumuran denganku, kini sudah menjemputku untuk pergi. Menyetiri kami. Lihat kan betapa banyak waktu yang telah lewat bahkan aku tidak tahu bagaimana jatuh-bangunnya dia belajar mobil.
Sudah terlalu banyak waktu yang terbuang. Lantas bisakah aku mendaur ulang waktu-waktu tersebut? Bisakah aku membuang waktu-waktu berharga tersebut pada tempat yang tepat? Bisakah?
Satu pinta manusia yang sangat sederhana, “Bisakah aku kembali pada masa di mana semuanya tidak serumit sekarang? Lalu bisakah aku membekukan semua moment sederhana namun berharga itu?”
Detik, menit, jam…
Biarkanku pungut serpihan kalian, lantas kubawa pulang,
Biarkan kubekukan kalian, lalu kunikmati segala kesederhanaan kalian jengkal demi jengkal,
Dan biarkan kumulai kalian kembali pada masa terindah itu, biar kutata kembali langkah-langkah kecil agar tak ada lagi waktu yang tercecer….
Mau kah?
Kau kembali?
Memberikanku kesempatan?
Yang kedua?
Tertanda,
Yang meleburkan, membuangkan, dan memungut serpih demi serpih dirimu.
Penyair dua musim,
~ kkebe ~

Monday, March 26, 2012

"KITA" Dulu, Sekarang, Nanti

Dear you,

Ada satu pepatah yang ingin aku sampaikan untukmu.

Verus amicus amore more ore re cognoscitur

True friend becomes known in the love, the disposition, the speeches, the deeds

Sebuah pepatah latin yang dahulu dikenalkan oleh salah seorang kawan. Pada saat itu yang dikenalkan padaku adalah amore more ore re saja, tapi yang ini lengkapnya. Seorang teman sejati diketahui cintanya, ketetapan pemikirannya, perkataannya, dan tindakannya kepada kita.

Dear you,

Kamu menyebalkan, kamu keras kepala, kamu tahu entah berapa kali kamu tahu bahwa seringkali aku marah dan pada titik ingin membencimu. Aku tahu kamu, pun kamu tahu aku seperti apa, dan karena itu kamu bisa sangat menyebalkan dan kamu sangat bisa membuatku kesal, karena kamu tahu aku ini seperti apa.

Kamu harus tahu, karena kamu aku bisa berkembang, karena kamu aku bisa banyak belajar, karena kamu aku bisa tahu kesalahanku. Aku membenarkan pepatah yunani diatas, seandainya kamu membenci aku tidak akan kamu sedemikian menyebalkan menasehati dan mendebat aku, jika kamu membenci aku akan aku lihat ketetapan pemikiranmu untuk menghentikan langkahku, untuk mengubah pemikiranku. Dan tindakanmu, apa yang bisa lebih konkret menjelaskan bahwa kamu mencintaiku

Penyair dua musim,
~ kkebe ~